Pengertian Zaman Kuarter
Zaman
Kuarter adalah zaman dimana adanya kehidupan manusia yang lebih sempurna. Zaman
kuarter merupakan zaman yang terpenting karena mulai ada kehidupan manusia yang
lebih sempurna. Zaman kuarter yang dimulai sejak kira-kira 600 ribu tahun yang
lalu ini terbagi menjadi zaman Pleistosen (Dilluvium) dan Holosen (Alluvium).
Kala Plistosen mulai sekitar 1,8 juta tahun yang lalu dan berakhir pada 10.000
tahun yang lalu. Kemudian diikuti oleh Kala Holosen yang berlangsung sampai
sekarang.
Ciri-ciri Zaman Kuarter
a) Sudah
terdapat manusia modern (Homo sapiens).
b) Berlangsung
sekitar 600.000 tahun yang lalu.
c) Keadaan
alam masih liar dan labil.
d) Bumi
masih diselimuti es dan mencair pada akhir kala pleitosen.
e) Daratan
di bumi mulai terpecah karena es mencair.
f) Manusia
purba sudah punah.
g) Zaman
kuarter sendiri juga terbagi menjadi zaman Holocen (Holosin) dan zaman
pleistocen.
Kala Pleistosen (Diluvium)
Kala Pleistosen, yang artinya sebagian besar (pleistos)
kehidupan sama dengan yang hidup sekarang. Kala ini berlangsung sejak 1,8
hingga 0,01 juta tahun lalu. Fosil kala ini paling banyak diperagakan, yang
antara lain:
a) Fosil
gajah (Stegodon trigonocephalus MARTIN)
b) Kerbau
(Bulbalus palaeokerabau FALCONER) dari Bumiayu (Banyumas)
c) Banteng
(Bibos sp.) dari Rembang
d) Harimau
(Felis sp.) dari Watualang (Ngawi) yang berbentuk fragmen
e) Fosil
manusia purba Homo erectus dari Sangiran (Solo)
Zaman Glasial adalah zaman meluasnya lapisan es di Kutub
Utara sehingga Eropa dan Amerika bagian utara tertutup es. Sedangkan daerah
yang jauh dari kutub terjadi hujan lebat selama bertahun-tahun. Permukaan air
laut turun disertai dengan naiknya permukaan bumi diberbagai tempat. Karena
adanya pergeseran bumi dan kerja gunung-gunung berapi, banyak hutan, termasuk
Indonesia menjadi kering, akibatnya muncul Paparan Sunda (Sunda Plat) dan
Paparan Sahul (Sahul Plat). Sumatra, Kalimantan, Jawa, dan Malaysia barat
bergabung dengan Filipina dan Formossa, Taiwan dan kemudian ke benua Asia.
Bergitu pula Sulawesi melalui Minahasa, Pulau Sangir terus ke Filipina. Antara
Jawa Timur dengan Sulawesi Selatan berhubungan melalui Nusa Tenggara.
Di permulaan zaman kwarter, muncul zaman es pertama suhu
bumi menurun dan gletser menutupi sebagian besar daratan Asia, akibatnya banyak
air laut yang terambil, permukaan laut menjadi turun. Pada waktu itu suhu udara
menurun dan gletser yang hanya terdapat di daerah-daerah kutub telah meluas,
sehingga daerah-daerah yang berdekatan dengan kutub utara ditutupi oleh
daratan-daratan es yang sangat luas, meliputi sebagian besar Eropa Utara, Asia
Utara, dan Amerika Utara. Oleh karena itu, zaman itu disebut zaman es. Selama
masa Divillum ini terjadi empat kali zaman es, yaitu : Gunz, Mindel, Risz, dan
Wurm. Masa di antara zaman es itu disebut zaman interglasial. Zaman
Interglasial adalah zaman diantara dua zaman es. Hal ini menyebabkan banyak daratan
terpisah oleh laut dan selat.
Sebagian laut Jawa kering dan timbullah Paparan Sunda yang
menghubungkan benua Asia, Malaya, Sumatera, Kalimantan dan Jawa. Iklim cikal
bakal kerajaan Banjar saat itu adalah tropis, dengan musim kering menimbulkan
padang-padang rumput dan jenis-jenis burung yang berpindah dari daratan Asia.
Musim kering ini disusul musim hujan yang membawa akibat munculnya hutan-hutan
lebat di benua Kalimantan.
Hujan lebat di masa pluvial menyebabkan banyaknya muncul
sungai-sungai. Walaupun Paparan Sunda ini kemudian tenggelam kembali, tetapi
sungai-sungai di daerah Kahayan, Barito, Sampit, sungai-sungai di Lampung,
sungai-sungai di Jawa bagian utara adalah cabang sungai besar di Laut Jawa yang
bermuara di sebelah utara Bali dulunya.
Melalui periode glasial I dengan timbulnya Paparan Sunda menjadi jembatan yang
memungkinkan terjadinya migrasi manusia dan hewan dari daratan Asia ke banua
Banjar.
Zaman permulaan plestosin tengah berjalan seiring dengan
glasiasi kedua daratan Asia, permukaan air laut turun sedalam 125 meter,
sehingga Paparan Sunda mencapai luas wilayah yang sangat besar dan sekali lagi
Jawa, Kalimantan dan Sumatera bersatu dengan daratan Malaya dan Asia, kembali
terjadi migrasi berbagai macam hewan yang akhirnya dikenal dengan istilah fauna
Sino Malayu, selain migrasi manusia tentunya. Setelah ribuan tahun berjalan es
menghilang lagi dan lautan kembali memisahkan pulau-pulau ini.
Setelah itu daratan ini akan mengalami dua kali lagi zaman
glasial, sampai keadaan seperti sekarang.
Pada kala Pleistosen ini hanya hewan berbulu tebal saja yang
mampu bertahan hidup. Salah satunya adalah Mammouth (gajah berbulu tebal).
Sedangkan hewan berbulu tipis pindah ke daerah tropis.
Perpindahan binatang dari Asia Daratan ke Jawa, Sulawesi dan Filipina ada yang
melalui Malaysia (Jalan Barat), ada pula yang melalui Formosa, Filipina, ke
Kalimantan , Jawa dan Sulawesi (jalan timur). Garis Wallace adalah garis antara
selat makassar dan lombok yang merupakan batas antara dua jalan penyeberangan
binatang tersebut.
Selain itu juga, terjadi perpindahan manusia purba dari Asia
ke Indonesia. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya fosil Sinanthropus pekinensis
dalam jumlah besar di Peking (China) yang sejenis dengan Pitecanthropus erectus
dari Trinil, Ngawi, (Jawa Timur). Bukit lainnya adalah ditemukannya alat-alat
pacitan di China, Burma (Myanmar) dan Malaysia. Sedangkan Homo wajakensis yang
merupakan nenek moyang bangsa Austrolid pada masa Pleitosen Tengah dan
Pleitosen Atas menyebar dari Asia ke selatan. Sebagian besar dari mereka sampai
ke Benua Australia dan menurunkan penduduk asli Australia yaitu suku Aborigin.
Ciri – ciri kala pleitosen
a)
Berlangsung sekitar 18.000.000 tahun
yang lalu.
b)
Mulai muncul kehidupan.
c)
Silih bergantinya zaman Glasial dan
Interglasial. Zaman glasial adalah zaman meluasnya lapisan es di kutub utara
dan daerah yang jauh dari kutub mengalami hujan lebat. Permukaan air laut turun
dan naiknya daratan. Zaman Interglasial adalah zaman zaman antara zaman
glasial. Temperatur naik sehingga lapisan di kutub utara mencair.
d)
Hanya hewan berbulu tebal yang mampu
bertahan dan hewan berbulu tipis pindah ke daerah tropis.
e)
Terjadi perpindahan manusia purba dari
Asia ke Indonesia.
Zaman ini dibedakan menjadi tiga
lapisan, yaitu sebagai berikut :
a. Lapisan atas atau lapisan Ngandong.
b.
Lapisan tengah atau Lapisan Trinil.
c.
Lapisan bawah atau lapisan Jetis
Kala
Holosen
Holosen adalah kala dalam skala waktu geologi yang
berlangsung mulai sekitar 10.000 tahun radiokarbon, atau kurang lebih 11.430 ±
130 tahun kalender yang lalu (antara 9560 hingga 9300 SM). Holosen adalah kala
keempat dan terakhir dari periode Neozoikum. Namanya berasal dari bahasa Yunani
ὅλος ("holos") yang berarti keseluruhan dan καινή
("kai-ne") yang berarti baru atau terakhir. Kala ini kadang disebut
juga sebagai "Kala Alluvium". Kala Holosen atau alluvium, yaitu kala
manusia merajai dunia, yang baru mulai 0,01 juta (10 ribu) tahun silam. Dari
kala ini diperagakan sejarah budaya manusia Zaman Paleolitikum (Zaman Batu
purba) sampai Zaman Neolitikum (Zaman Batu baru) yang ditemukan di Punung
(Pacitan, Jawa Timur) dan Dago (Bandung, Jawa Barat).
Pada awal kala Holosen, sebagian besar es di kutub utara
sudah lenyap, sehingga permukaan air laut naik lagi. Tanah-tanah rendah di
daerah Paparan Sunda dan Paparan Sahul tergenang air dan menjadi laut
transgresi. Dengan demikian muncullah pulau-pulau di nusantara. Manusia purba
lenyap, kemudian muncul manusia cerdas (Homo sapiens) seperti manusia sekarang.
Ciri
– ciri kala holosen:
a)
Sebagian besar es di kutub lenyap dan
permukaan air laut naik.
b)
Daerah-daerah dataran rendah tergenang
air dan menjadi laut transgresi dan munculah pulau-pulau di Nusantara.
c)
Hewan-hewan besar seperti mastodon,
mammoth, sabre-tooth, glyptodon, badak berbulu, dan giant sloth mulai
menghilang.